http://www.wisatalembang.com/2010/01/gunung-burangrang.html
LED
Senin, 22 Oktober 2012
Selasa, 16 Oktober 2012
Jumat, 07 September 2012
laporan kegiatan study tour ke yogyakarta
LAPORAN
KEGIATAN STUDY TOUR KE YOGYAKARTA
“
Goa Jatijajar, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Kraton Yogyakarta
24
- 27 januari 2012”
Mata pelajaran :ips,(ilmu pengetahuan sosial)
Disusun oleh :
Agus maulana yusuf
Kelas VIIIE SMPN 1 Pagaden
2012
Daftar Isi
Pendahuluan ………………………………………………………………….
1.
Goa Jatijajar
………………………………………………………………..
2.
Candi Borobudur
……………………………………………………………
3.
Candi Prambanan
………………………………………………………….
4. Kraton Yogyakarta …………………………………………………………
Kesimpulan ……………………………………………………………………
PENDAHULUAN....
Setiap tahun
SMPN 1 Pagaden mengadakan Study Tour ke beberapa tempat bersejarah. Study Tour tersebut
bertujuan untuk mengenalkan secara langsung tempat bersejarah dan kebudayaan
Indonesia kepada siswa-siswi SMPN 1 Pagaden agar mereka lebih memahami sejarah
dan kebudayaan Indonesia.
Pada tahun
ini, study tour telah dilaksanakan pada tanggal 24 – 27 januari 2012. Objek
study yang dikunjungi yaitu Goa Jatijajar, Candi Borobudur, Candi Prambanan,
dan Kraton Yogyakarta. Peserta Study Tour siswa-siswi kelas 2 SMPN 1 Pagaden
dan panitia yang terdiri dari bapak ibu guru pengajar SMPN 1 Pagaden. Dengan
semangat dan tanggung jawab membimbing dan mendampingi peserta wisata
agar para siswa mampu menikmati perjalanan dengan aman dan nyaman,kami salah
satu peserta wisata merasa bangga dan puas dengan bimbingan dengan yang kami
terima dari bapak dan ibu guru
Teriring do’a, semoga jerih payah
bapak dan ibu guru dalam perjuangan nya membimbing para peserta wisata agar
mendapat kan balasan dari Tuhan yang maha kuasa ....
Lima unit
mobil bus telah berjajar rapih di dpn halaman SMPN 1 pagaden siap mengankut
seluruh peserta wisata menuju lokasi – lokasi yang telah di tentu kan oleh
panitia.
Seluruh siswa peserta yang jumlah
nya kurang lebih 240 di tambah para guru yang terbagi ke dalam 6 bus setelah
semua persiapan cukup seluruh siswa dan guru mulai berada di dalam bus maka
tepat jam 20:00 seluruh bus mulai bergerak melewati jalur pantura,karena malam
hari sayang nya kita tidak bisa menikmati perjalanan dengan melihat pemandangan
kanan dan kiri jalan ,kami dan teman-teman kami sepakat memilih istirahat tidur
untuk menyiap kan tenaga hari esok ....
Sekitar jam 05:30 rombongan pun ke
lokasi yang pertama yaitu goa jatijajar . kami semua turun dari bus dan bersiap
untuk melihat langsung secara jelas gua jatijajar Hasil penglihatan yang kami
lakukan di goa jatijajar dan lokasi-lokasi yang lain nya akan kami ceritakan
secara berurutan..
Bila ada
kesalahan dan kurang sempurna dalam
cerita yang saya susun saya memohon maaf sekaligus mengharap saran dan kritik
nya dari bapak dan ibu guru demi perbaikan.
1. GOA JATIJAJAR
Keistimewaan
goa ini karena banyak terdapat stalagmit dan juga pilar atau tiang kapur, yaitu pertemuan antara
stalagtit dengan Stalagmit. Kesemuanya ini terbentuk dari endapan tetesan air
hujan yang sudah bereaksi dengan batu-batu kapur yang ditembusnya.
Menurut penelitian para
ahli, untuk pembentukan Stalagtit itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Dalam
satu tahun terbentuknya Stalagtit paling tebal hanya setebal 1 (satu) cm saja.
Oleh sebab itu Goa Jatijajar merupakan Goa Kapur yang sudah tua sekali.
Batu-batuan yang ada di
Goa Jatijajar merupakan batuan yang sudah tua sekali. Karena umur yang sudah
tua sekali itu, maka di muka Goa Jatijajar dibangun sebuah patung Binatang
Purba dinosaurus sebagai simbol dari Objek Wisata Goa Jatijajar, dari mulut
patung itu keluar air dari Sendang Kantil dan sendang Mawar, yang sepanjang
tahun belum pernah kering. Sedangkan air yang keluar dari patung Dino Saurus
tersebut dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai pengairan sawah desa
Jatijajar dan sekitarnya.
Goa Jatijajar ditemukan
oleh seorang petani yang memiliki tanah diatas Goa tersebut yang Bernama
“Jayamenawi”. Pada suatu ketika Jayamenawi sedang mengambil rumput, kemudian
jatuh kesebuah lobang, ternyata lobang itu adalah sebuah lobang ventilasi yang
ada di langit-langit Goa tersebut. Lobang ini mempunyai garis tengah 4 meter
dan tinggi dari tanah yang berada dibawahnya 24 meter.
Pada mulanya pintu-pintu
Goa masih tertutup oleh tanah. Maka setelah tanah yang menutupi dibongkar dan
dibuang, ketemulah pintu Goa yang sekarang untuk masuk. Karena dimuka pintu Goa
ada 2 pohon jati yang besar tumbuh sejajar, maka goa tersebut diberi nama Goa
Jatijajar.
Pada tahun 1975 Goa
Jatijajar mulai dibangun dan dikembangkan menjadi Objek Wisata. Adapun yang
mempunyai ide untuk mengembangkan atau membangun Goa Jatijajar yaitu Suparjo
Rustam sewaktu menjadi Gubernur Jawa Tengah. Sedang pada waktu itu yang menjadi
Bupati Kebumen adalah Supeno Suryodiprojo.
Untuk melancarkan dan
melaksanakan pengembangan Goa Jatijajar ditunjuk langsung oleh Suparjo Rustam
cv.AIS dari Yogyakarta, sebagai pimpinan dari cv.AIS adalah Saptoto, seorang
seniman deorama yang terkenal di Indonesia. Sebelum Pemda Kebumen melaksanakan
pembagunan Goa Jatijajar, terlebih dahulu Pemda Kebumen telah mengganti rugi
tanah penduduk yang terkena lokasi pembangunan Objek Wisata Goa Jatijajar
Seluas 5,5 hektar.
Setelah Goa Jatijajar
dibangun maka pengelolanya dikelola oleh Pemda Kebumen. Sejak Goa Jatijajar
dibangun, di dalam Goa Jatijajar sudah ditambah dengan bangunan-bangunan seni
antara lain: pemasangan lampu listrik sebagai penerangan, trap-trap beton untuk
memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang masuk ke dalam Goa Jatijajar
serta pemasangan patung-patung atau deorama.
Diorama yang di pasang
dan dalam Goa Jatijajar ada delapan deorama, yang patung-patungnya ada 32 buah.
Keseluruhannya mengisahkan cerita Legenda dari “Raden
Kamandaka – Lutung Kasarung“. Adapun kaitannya dengan Goa Jatijajar ialah, dahulu
kala Goa Jatijajar pernah digunakan untuk bertapa oleh Raden Kamandaka Putera
Mahkota dari Kerajaan
Pajajaran, yang bernama aslinya Banyak Cokro atau Banyak Cakra.
Perlu diketahui bahwa
zaman dahulu sebagian dari wilayah Kabupaten Kebumen, adalah termasuk wilayah kekuasaan
Pajajaran, yang pusat pemerintahannya di Bogor (Batutulis) Jawa Barat. Adapun
batasnya yaitu Kali Lukulo dari Kabupaten Kebumen sebelah Timur Kali Lukulo
masuk ke wilayah Kerajaan Mojopahit, sedangkan sebelah barat Kali Lukulo masuk
wilayah Kerajaan Pajajaran. Sedangkan cerita itu terjadinya di kabupaten Pasir
Luhur, yaitu daerah Baturaden atau Purwokerto pada abad ke-14. Namun
keseluruhan Deoramanya dipasang di dalam Goa Jatijajar.
Ada
keistimewaan di obyek wisata Gua Jatijajar, yaitu terdapat sebuah patung
dinosaurus sebagai simbol penting dari gua ini yang terletak di area depan
lokasi Gua Jatijajar.
Pengunjung yang masuk ke dalam gua otomatis
akan melewati mulut patung dinosaurus ini. Patung ini terlihat mengeluarkan
air, sebagai muara dari mata air yang ada di dalam gua, yaitu dari Sendang
(Sungai) Kantil dan Sendang Mawar. Air ini diyakini tidak akan habis, meski
dalam kondisi cuaca kemarau sekalipun. Air ini digunakan oleh penduduk sekitar
Gua Jatijajar sebagai pengairan sawah-sawah mereka.
Ketika
menyusuri ruang gua lebih ke dalam lagi, pengunjung akan melihat ada banyak
pemandangan yang begitu indah. Ruangan di dalam gua ini diterangi dengan banyak
lampu, mulai dari arah masuk hingga ke luar, sehingga pengunjung tidak perlu
risau dengan kondisi penerangan di sana. Di bagian langit-langit gua terdapat
sebuah lubang sebagai ventilasi gua. Di tengah-tengah ruangan terdapat kursi
melingkar yang dapat digunakan sebagai tempat duduk pengunjung yang ingin
istirahat, sambil melihat-lihat sekeliling ruangan dalam gua.
Pengunjung
bisa melihat banyak ornamen stalagtit, stalagmit, dan tiang kapur (sebagai
pertemuan antara stalagtit dan stalagmit). Di sana pengunjung juga dapat
melihat delapan buah deodrama yang dipasang, ditambah adanya patung-patung yang
berjumlah 32 buah. Patung-patung tersebut menceritakan kisah tentang Raden
Kamandaka, yang kemudian dikenal dengan Legenda Lutung Kasarung. Konon, gua ini
pernah menjadi tempat pertapaan Raden Kamandaka, putera mahkota Raja Pajajaran,
untuk mendapat wangsit. Kenapa Raden Kamandaka sampai bertapa di daerah ini?
Sebab ketika itu, Kebumen masuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Padjajaran
dengan pusat ibu kotanya Bogor (Batutulis), sekarang masuk wilayah Jawa Barat.
Visualisasi dari legenda tersebut bisa dilihat dalam diodrama yang ada di dalam
gua.
Pengunjung
kemudian dapat melanjutkan perjalanan dengan cara menuruni tangga yang
merupakan bagian dari ekor patung dinosaurus. Di ruang bawah terdapat beberapa
sungai bawah tanah (sendang) yang masih aktif. Sungai-sungai itu merupakan
salah satu keistimewaan Gua Jatijajar. Tercatat ada empat sendang (menurut
sumber lain ada tujuh sendang, tapi data yang bisa diperoleh hanya ada empat
saja), yaitu Sendang Mawar, Sendang Kantil, Sendang Jombor, dan Sendang Puser
Bumi.
Aliran air
di Sendang Mawar melewati lubang sempit yang menembus hingga ke luar gua.
Demikian halnya dengan aliran air Sendang Kantil. Konon katanya, jika
pengunjung bisa mendekati dan membasuh muka dengan air di Sendang Mawar, maka
ia akan awet muda. Ada pula kepercayaan bahwa jika seseorang membasuh muka atau
mandi dengan air Sedang Kantil, maka niat atau cita-citanya akan cepat
terkabul. Sementara itu, oleh pihak pengelola obyek wisata Gua Jatijajar,
Sendang Jombor dan Sendang Puser Bumi sengaja dikeramatkan. Jika ingin
menelusuri lorong gua melalui dua sendang tersebut, pengunjung harus mendapat
ijin yang sangat ketat dari pihak pengelola.
Setelah berpuas-puas
berkeliling di dalam goa, begitu keluar pengunjung juga bisa menikmati berbagai
souvenir dan jajanan khasnya. Boleh jadi, soevenir itu bisa ebagai tasnda mata
jika kita pernah berkunjung ke goa Jatijajar.
Gb.1 Goa Jatijajar
Gb. 2 Goa Jatijajar
2.
CANDI BOROBUDUR
Sejarah
Candi Borobudur
Borobudur dibangun sekitar tahun 800
Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha
Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini
dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu
Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan
candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun
900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri
dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut
kisah turun-temurun bernama Gunadharma.
Kata Borobudur sendiri berdasarkan
bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur
Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama candi ini. Tidak ada bukti
tertulis yang lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini.
Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab
Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab
tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat meditasi penganut
Buddha.
Arti nama Borobudur yaitu "biara
di perbukitan", yang berasal dari kata "bara" (candi atau biara)
dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta.
Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur, maka tempat ini sejak dahulu
digunakan sebagai tempat ibadat penganut Buddha.
Candi ini selama berabad-abad tidak
lagi digunakan. Kemudian karena letusan gunung berapi, sebagian besar bangunan
Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik. Selain itu, bangunan juga tertutup
berbagai pepohonan dan semak belukar selama berabad-abad. Kemudian bangunan
candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad
ke-15.
Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki
Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles mendengar adanya penemuan benda
purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro daerah Magelang. Karena minatnya
yang besar terhadap sejarah Jawa, maka Raffles segera memerintahkan H.C.
Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan yang
saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria
menebang pepohonan dan menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan
raksasa tersebut. Karena mempertimbangkan bangunan yang sudah rapuh dan bisa
runtuh, maka Cornelius melaporkan kepada Raffles penemuan tersebut termasuk
beberapa gambar. Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai
orang yang memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada
tahun 1835, seluruh area candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar
pada masa penjajahan Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun
1956, pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO untuk meneliti kerusakan
Borobudur. Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan resmi pemerintah Indonesia
untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Namun
pemugaran ini baru benar-benar mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973.
Proses pemugaran baru selesai pada tahun 1984. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur
ditetapkan sebagai World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh
UNESCO.
Candi
Borobudur
Candi Borobudur terletak di Magelang,
Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Yogyakarta. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat
yang terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar
melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat
beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap
stupa terdapat patung Buddha. Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha
yaitu sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai
kesempurnaan menjadi Buddha di nirwana. Kesempurnaan ini dilambangkan oleh
stupa utama di tingkat paling atas. Struktur Borobudur bila dilihat dari atas
membentuk struktur mandala yang menggambarkan kosmologi Buddha dan cara
berpikir manusia.
Di keempat sisi candi terdapat pintu
gerbang dan tangga ke tingkat di atasnya seperti sebuah piramida. Hal ini
menggambarkan filosofi Buddha yaitu semua kehidupan berasal dari bebatuan. Batu
kemudian menjadi pasir, lalu menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian
menjadi binatang liar, lalu binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia.
Proses ini disebut sebagai reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan
akhirnya masuk ke nirwana. Setiap tahapan pencerahan pada proses kehidupan ini
berdasarkan filosofi Buddha digambarkan pada relief dan patung pada seluruh
Candi Borobudur.
Bangunan raksasa ini hanya berupa
tumpukan balok batu raksasa yang memiliki ketinggian total 42 meter. Setiap
batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya
disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Bagian dasar Candi Borobudur berukuran
sekitar 118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak
55.000 meter kubik. Semua batu tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi
Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu diangkut dan disambung dengan pola
seperti permainan lego. Semuanya tanpa menggunakan perekat atau semen.
Sedangkan relief mulai dibuat setelah
batu-batuan tersebut selesai ditumpuk dan disambung. Relief terdapat pada
dinding candi. Candi Borobudur memiliki 2670 relief yang berbeda. Relief ini
dibaca searah putaran jarum jam. Relief ini menggambarkan suatu cerita yang
cara membacanya dimulai dan diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur. Hal
ini menunjukkan bahwa pintu gerbang utama Candi Borobudur menghadap timur
seperti umumnya candi Buddha lainnya.
Perayaan
Waisak di Borobudur
Setiap tahun pada bulan purnama penuh
pada bulan Mei (atau Juni pada tahun kabisat), umat Buddha di Indonesia
memperingati Waisak di Candi Borobudur. Waisak diperingati sebagai hari
kelahiran, kematian dan saat ketika Siddharta Gautama memperoleh kebijaksanaan
tertinggi dengan menjadi Buddha Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini disebut
sebagai Trisuci Waisak. Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah candi
Buddha dengan berjalan dari Candi Mendut ke Candi Pawon dan berakhir di Candi
Borobudur.
Pada malam Waisak, khususnya saat
detik-detik puncak bulan purnama, penganut Buddha berkumpul mengelilingi
Borobudur. Pada saat itu, Borobudur dipercayai sebagai tempat berkumpulnya
kekuatan supranatural. Menurut kepercayaan, pada saat Waisak, Buddha akan
muncul secara kelihatan pada puncak gunung di bagian selatan.
Saat ini, Borobudur telah
menjadi obyek wisata yang menarik banyak
wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Selain itu, Candi Borobudur telah
menjadi tempat suci bagi penganut Buddha di Indonesia dan menjadi pusat
perayaan tahunan paling penting penganut Buddha yaitu Waisak.
Borobudur menjadi salah satu bukti
kehebatan dan kecerdasan manusia yang pernah dibuat di Indonesia.
Gb. 3 Candi Borobudur
Gb. 4 Relief Candi Borobudur
Gb. 5 Patung Budha
dan Stupa
3. CANDI Prambanan
Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa
cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai
Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi
dari Candi Borobudur, berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya,
menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari
pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan
masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso
mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso
membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi
sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar
terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca
kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di
halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut
adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke
timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke
barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu.
Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut.
Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah
dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama
berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga
(istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah
yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan
di atas.
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara
candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu.
Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda
juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi pendamping yang cukup memikat adalah
Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah
tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan
burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap
merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah
adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa
diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix
dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna
(kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para
dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi
oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia
menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila
mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk
lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan
kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut
atau Pha Krut.
Prambanan juga memiliki relief candi yang
memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita
Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah
pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan,
kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru
digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli
menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola
lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini
juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi
lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan
konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat
relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada
gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa
relief yang ada di Prambanan telah mendunia.
Gb. 6 Candi Prambanan
Gb. 7 Relief Candi Prambanan
4. KRATON YOGYAKARTA
Terletak di tengah poros utama yang
membujur dari utara ke selatan, serta poros sekunder dari timur ke barat.
Dikelilingi barisan pegunungan yang disebut Cakrawala sebagai tepian jagad.
Membentang antara Tugu sebagai batas
utara dan Panggung Krapyak di batas selatan, antara Sungai Code di timur dan
Sungai Winongo sebelah barat. Antara Gunung Merapi dan Laut Selatan, Kraton
dalam pikiran masyarakat Jawa, diartikan sebagai pusat dunia yang digambarkan
sebagai pusat jagad.
Sejarah Kraton Yogyakarta
Setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran
Mangkubumi diberi wilayah Yogyakarta. Untuk menjalankan pemerintahannya,
Pangeran Mangkubumi membangun sebuah istana pada tahun 1755 di wilayah Hutan
Beringan. Tanah ini dinilai cukup baik karena diapit dua sungai, sehingga
terlindung dari kemungkinan banjir. Raja pertama di Kesultanan Yogyakarta
adalah Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I (HB I).
Penamaan dan Makna Tata
Letak
Karaton, Keraton atau Kraton,
berasal dari kata ka-ratu-an, yang berarti tempat tinggal ratu/raja.
Sedang arti lebih luas, diuraikan secara sederhana, bahwa seluruh struktur dan
bangunan wilayah Kraton mengandung arti berkaitan dengan pandangan hidup Jawa
yang essensial, yakni Sangkan Paraning Dumadi (dari mana asalnya manusia
dan kemana akhirnya manusia setelah mati).
Garis besarnya, wilayah Kraton
memanjang 5 km ke arah selatan hingga Krapyak dan 2 km ke utara berakhir di
Tugu. Pada garis ini terdapat garis linier dualisme terbalik, sehingga bisa
dibaca secara simbolik filosofis. Dari arah selatan ke utara, sebagai lahirnya
manusia dari tempat tinggi ke alam fana, dan sebaliknya sebagai proses
kembalinya manusia ke sisi Dumadi (Tuhan dalam pandangan Jawa).
Sedangkan Kraton sebagai jasmani dengan raja sebagai lambang jiwa sejati yang
hadir ke dalam badan jasmani.
Kraton menuju Tugu juga diartikan
sebagai jalan hidup yang penuh godaan. Pasar Beringharjo melambangkan godaan
wanita. Sedangkan godaan akan kekuasaan dilambangkan lewat Gedung Kepatihan.
Keduanya terletak di sebelah kanan. Jalan lurus itu sendiri sebagai lambing
manusia yang dekat dengan Pencipta (Sankan Paraning Dumadi).
Secara sederhana, Tugu perlambangan Lingga
(laki-laki) dan Krapyak sebagai Yoni (perempuan). Dan Kraton sebagai
jasmani yang berasal dari keduanya.
Makna Tata Ruang Kraton
Yogyakarta
Setelah diguncang gempa tahun 1867,
Kraton mengalami kerusakan berat. Pada masa HB VII tahun 1889, bangunan
tersebut dipugar. Meski tata letaknya masih dipertahankan, namun bentuk
bangunan diubah seperti yang terlihat sekarang
Tugu dan Bangsal Manguntur Tangkil atau
Bangsal Kencana (tempat singgasana raja), terletak dalam garis lurus, ini
mengandung arti, ketika Sultan duduk di singgasananya dan memandang ke arah
Tugu, maka beliau akan selalu mengingat rakyatnya (manunggaling kawula gusti).
Tatanan Kraton sama seperti Kraton
Dinasti Mataram pada umumnya. Bangsal Kencana yang menjadi tempat raja
memerintah, menyatu dengan Bangsal Prabayeksa sebagai tempat menyimpan
senjata-senjata pusaka Kraton (di ruangan ini terdapat lampu minyak Kyai Wiji,
yang selalu dijaga abdi dalem agar tidak padam), berfungsi sebagai pusat.
Bangsal tersebut dilingkupi oleh pelataran Kedhaton, sehingga untuk mencapai
pusat, harus melewati halaman yang berlapis-lapis menyerupai rangkaian bewa
(ombak) di atas lautan.
Tatanan spasial Kraton ini sangat mirip
dengan konstelasi gunung dan dataran Jambu Dwipa, yang dipandang sebagai benua
pusatnya jagad raya.
Dari utara ke selatan area Kraton
berturut-turut terdapat Alun-Alun Utara, Siti Hinggil Utara, Kemandhungan
Utara, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandhungan Selatan, Siti Hinggil
Selatan dan Alun-Alun Selatan (pelataran yang terlindung dinding tinggi).
Sedangkan pintu yang harus dilalui
untuk sampai ke masing-masing tempat berjumlah sembilan, disebut Regol.
Dari utara terdapat gerbang, pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti,
kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading.
Brongtodiningrat memandang penting
bilangan ini, sebagai bilangan tertinggi yang menggambarkan kesempurnaan. Hal
ini terkait dengan sembilan lubang dalam diri manusia yang lazim disebut babahan
hawa sanga.
Kesakralan setiap bangunan Kraton,
diindikasikan dari frekuensi serta intensitas kegiatan Sultan pada tempat
tersebut.
Alun-Alun, Pagelaran, dan Siti Hinggil,
pada tempat ini Sultan hanya hadir tiga kali dalam setahun, yakni pada saat
Pisowan Ageng Grebeg Maulud, Sawal dan Besar. Serta kesempatan yang sangat
insidental yang sangat khusus misal pada saat penobatan Sultan dan Penobatan
Putra Mahkota atau Pangeran Adipati Anom.
Gb. 8 Kraton Yogyakarta
Gb. 9 Hall Dalam Kraton Yogyakarta
Gb. 10 Gamelan Dalam Kraton Yogyakarta
KESIMPULAN …
Program wisata sambil belajar
telah selesai dilaksanakan,kini kami telah berhasil mengunjungi secara langsung
obyek-obyek wisata yang erat pelajaran di sekolah,sehingga menambah
pengetahuan buat kami selaku siswa , secara keseluruhan kami merasa senang dan
puas dengan kegiatan ini …
Dimasa mendatang Kami sangat berharap bias
berkunjung ke obyek wisata yang lain agar pengetahuan tentang sejarah kian
bertambah
Langganan:
Postingan (Atom)